2010

Rabu, 12 Mei 2010

Selasa, 11 Mei 2010

Senin, 10 Mei 2010

Peduli Kanker Serviks di Hari Kartini

Peduli Kanker Serviks di Hari Kartini PDF Cetak E-mail
Rabu, 21 April 2010 08:31

‘Setiap 1 jam 1 perempuan Indonesia meninggal karena kanker serviks’

Bertepatan dengan Hari Kartini yang jatuh pada tanggal 21 April, Pusat Studi Gender  (PSG) Universitas Islam Negeri Malang mengadakan aksi kepedulian terhadap Kanker Serviks atau Kanker Mulut Rahim -penyakit yang hanya menyerang kaum perempuan saja-. Kanker yang disebabkan oleh Human Papilloma Virus (HPV) onkogenik ini telah menjadi pembunuh yang mengerikan bagi perempuan.

Sabtu, 08 Mei 2010

Simposium Awam Kanker Serviks (tempointeraktif)

TEMPO Interaktif, Jakarta -RS Pelni Jakarta menggelar simpoium awam tentang kanker serviks dan pencegahannya pada Sabtu (24/4). Pembicara, dr.Hariyono Winarto SpOG. Hadir 150 orang peserta, mayoritas wanita. Simposium membahas penyebab dan cara mencegah kanker serviks sejak dini, juga perawatan kulit dengan pembicara dr. Ratna Herawati Sp.KK dan dr. Mutty Muzayyana, Sp.KK. Dibutuhkan perawatan yang baik agar kulit selalu sehat dan menarik, dengan pola makan dan lingkungan yang baik, serta rajin berolah raga. 

Jumat, 07 Mei 2010

Kanker Serviks dan Pencegahannya « evialfadhl

Kanker serviks atau kanker leher rahim (sering juga disebut kanker mulut rahim) merupakan salah satu penyakit kanker yang paling banyak terjadi bagi kaum wanita. Setiap satu jam, satu wanita meninggal di Indonesia karena kanker serviks atau kanker leher rahim ini. Fakta menunjukkan bahwa jutaan wanita di dunia terinfeksi HPV, yang dianggap penyakit lewat hubungan seks yang paling umum di dunia.

Buruknya gaya hidup seseorang dapat menjadi penunjang meningkatnya jumlah penderita kanker ini. Kebiasaan merokok, kurang mengkonsumsi vitamin C, vitamin E dan asam folat dapat menjadi penyebabnya. Jika mengkonsumsi makanan bergizi akan membuat daya tahan tubuh meningkat dan dapat mengusir virus HPV.

Bagaimana cara mencegahnya? Berikut beberapa tips yang dapat mencegah kanker serviks :

-Jangan menggunakan pakaian dalam ketika tidur

-keringkan kelamin dengan tissue setelah buang air kecil

-Gantilah pakaian dalam minimal 2x dalam sehari

-Gantilah pembalut minimal 2x dalam sehari ketika haidh

-Hindari makanan / buah yang dapat meningkatkan produksi lendir, seperti : nanas, kol, timun, dsb

-Jangan memegang vagina dengan tangan (kuku) kotor

-Jangan membiarkan celana dalam basah

-Jangan melakukan sex bebas

-Lakukan pemeriksaan USG / Screening Uterus secara rutin

-Hindari merokok. Banyak bukti menunjukkan bahwa penggunaan tembakau dapat meningkatkan resiko terkena kanker serviks

-Hindari berhubungan sex selama masa haidh terbukti efektif untuk mencegah dan menghambat terbentuknya dan berkembangnya kanker serviks.

Sumber : Disini

Pemerintah Diminta Subsidi Vaksin Kanker Serviks (tempointeraktif)

TEMPO Interaktif, Jakarta -Harga vaksin untuk mencegah penularan virus kanker serviks di Indonesia masih sangat mahal. Padahal, banyak pasien kanker mulut rahim itu yang berasal dari kalangan warga miskin.

Kalangan dokter dan warga meminta pemerintah memberi subsidi harga vaksin tersebut agar lebih terjangkau. Menurut dr Herman Susanto dari RS Hasan Sadikin, Bandung, penderita kanker rahim diperkirakan mencapai 100 perempuan per 100 ribu penduduk.

Penyakit mematikan itu sebenarnya bisa dicegah dengan vaksinasi. Sayangnya, harga vaksin itu masih mahal, berkisar Rp 700 ribu hingga Rp 1,2 juta. Vaksinasi itu diberikan berulang 3 kali, pada 0,1, dan 6 bulan. "Vaksin bisa dipakai perempuan usia 10-55 tahun," kata Direktur Subspesialis Obsetri dan Ginekologi FK Unpad-RSHS itu.

Vaksinasi berfungsi menurunkan angka pasien kanker serviks dalam jangka panjang. Karena itu, dia meminta pemerintah memberi subsidi bagi masyarakat miskin. "Paling tidak harganya bisa Rp 250 ribu," kata Herman.

Vaksin itu di Indonesia, menurut dia, masih diimpor dari produsen obat asal Amerika Serikat dan Eropa. Sejumlah negara di luar negeri telah memberikan vaksin itu cuma-cuma ke warganya.

Permintaan serupa disampaikan Dwi Purwantini, warga Antapani, Bandung. Menurutnya, harga vaksin sebesar Rp 250 ribu untuk sekali suntik sudah terjangkau bagi kalangan menengah seperti pegawai negeri sipil. "Untuk masyarakat miskin, pemerintah harus menggratiskan," katanya.

Di Indonesia, diduga ada 8 ribu penderita kanker yang disebabkan Human Papilomavirus itu. "Di Indonesia, kasus baru kanker serviks muncul 40 ribu setiap tahun," kata Herman. Di Jawa Barat, penderita kanker itu diperkirakan mencapai 8 ribu perempuan.

Tingginya angka kasus itu karena faktor risiko di Indonesia sangat tinggi. Misalnya hubungan seksual perempuan sejak usia dibawah 17 tahun, perokok berat, mitra seksual ganda, dan kurang gizi.

ANWAR SISWADI

Kamis, 06 Mei 2010

Kanker Serviks, Perenggut Kehidupan Wanita - Mix the Mix

KANKER serviks atau kanker mulut rahim memang patut ditakuti kaum wanita.
Di Indonesia, kanker ini tercatat sebagai pembunuh nomor satu kaum Hawa.Sayangnya, informasi yang berkaitan dengan kanker serviks belum dapat menjangkau seluruh masyarakat terutama kaum wanita. Padahal, semua wanita berisiko kanker yang menyerang organ utama mereka. Dokter spesialis Ginekologi-onkologi yang juga konsultan dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, DR dr Andrijono SpOG(K), mengatakan risiko akan semakin meningkat dengan bertambahnya usia dan menyentuh kehidupan wanita pada saat-saat terpenting dalam hidupnya yaitu antara usia 30-50 tahun.
"Justru pada saat para wanita masih aktif bekerja dan bertanggung jawab atas anak atau anggota keluarga lainnya,"
ujar Andrijono, pada peluncuran vaksin kanker serviks dengan adjuvan inovatif ASO4 dari Glaxo Smith Kline (GSK) di Jakarta.Berdasarkan pengalamannya menangani pasien yang mengidap kanker, Andrijono memaparkan, tidak hanya kualitas hidup pasien termasuk psikis, fisik, dan kesehatan seksual yang terganggu, pihak keluarga juga ikut terbebani. Ditambah lagi dengan faktor biaya pengobatan kanker yang tergolong mahal.Ternyata penyebab kanker serviks adalah infeksi atau reinfeksi HPV (Human papilloma virus). Sekitar 99,7 persen kanker serviks disebabkan HPV onkogenik atau penyebab kanker. Andrijono mengungkapkan, hasil penelitian menyimpulkan bahwa HPV 16 dan 18 merupakan penyebab utama pada 70 persen kasus kanker serviks di dunia.
"Dari sekitar 96 jenis tipe HPV ditemukan bahwa HPV onkogenik sekitar 19 tipe.
HPV 16 dan 18 merupakan penyebab kanker paling banyak di dunia, "
terangnya.
Sebuah penelitian yang dilakukan RS Dr Cipto Mangun kusumo bekerja sama dengan Belanda, menemukan bahwa penyebab kanker paling banyak di Indonesia ialah HPV 16, 18, dan 52. Identifikasi virus HPV ini dilakukan di beberapa kota besar seperti Jakarta, Bandung, dan Tasikmalaya.
"Sekitar 70%-80% adalah infeksi HPV 16 dan 18. Serta sekitar 5 persen merupakan kombinasi dari infeksi HPV 16, 18, dan 52. Jadi mungkin terjadi infeksi yang tidak tunggal," paparnya.
Namun, lanjut Andrijono, sebenarnya virus memiliki sifat alami untuk bisa sembuh dengan sendirinya. Sekitar 75%-90% infeksi virus ini bisa sembuh dengan sendirinya. Hanya sekitar 2 persen yang berkembang menjadi kanker. "Dari 100 orang yang terkena infeksi, artinya hanya dua orang yang akan berkembang menjadi kanker. Tapi, kita tidak bisa mengetahui siapa yang akan terkena," ujarnya.
Ada beberapa faktor yang dapat mempertinggi kemungkinan infeksi HPV berubah menjadi kanker, antara lain ialah kebiasaan berhubungan seks yang abnormal, berganti-ganti pasangan, merokok, menikah pada usia yang sangat muda serta usia yang semakin tua.
"Bagi wanita yang menikah di usia muda, hubungan seksual dilakukan saat serviks belum matang sehingga mudah ditembus virus. Sedangkan, bagi wanita yang sudah tua, risiko semakin tinggi karena penurunan proses recovery dari sel sehingga lebih mudah ditembusoleh virus," jelas Andrijono.
Perjalanan dari infeksi HPV hingga menjadi kanker ser viks sebenarnya memakan waktu cukup lama, bisa mencapai 10-20 tahun. Sayangnya, proses ini seringkali tidak dirasakan para penderita. Pasalnya, proses infeksi HPV kemudian menjadi prakanker sebagian besar berlangsung tanpa gejala.
"Perkembangan infeksi HPV, mulai dari lesi derajat rendah ke lesi derajat tinggi yang kita sebut dengan stadium 0, yang artinya belum ada metasasis atau penyebaran karena membran masih kuat menahan," tutur Andrijono.Pada lesi derajat rendah, mungkin saja akan kembali normal tergantung dari daya tahan tubuh. Namun, jika sudah menjadi lesi derajat tinggi maka harus segera dilakukan tindakan kedokteran.
"Saya mempunyai seorang pasien yang diketahui prakanker. Saat itu kita sarankan untuk operasi, namun ia tidak bersedia. Ternyata, tiga bulan kemudian sudah masuk stadium 1. Kemudian, ia berobat ke Australia ternyata kanker sudah menyebar dan masuk ke stadium lanjut. Tiga tahun kemudian pasien tersebut meninggal dunia," ujar Andrijono mengenai salah satu pasiennya .
PatrickNg, Managing Director GSK mengungkapkan keprihatinannya terhadap betapa mudahnya wanita Indonesia terinfeksi virus HPV sebagai penyebab kanker serviks. Bagi para penderita, ini dapat memengaruhi hal yang fundamental sekaligus emosional.
"Vaksin HPV ini diharapkan dapat membantu mencegah kanker serviks, mempertahankan kualitas hidup, dan memperpanjang usia harapansehingga wanita dapat membangun keluarganya menjadi generasi yang sehat," ujar Patrick
iconsindo

share on fb

Pap Smear bagi Wanita, Perlukah? (okezone)

PAPANIKOLAOU test atau pap smear adalah metode screening ginekologi merupakan pemeriksaan leher rahim (serviks) menggunakan alat yang dinamakan speculum dan dilakukan oleh bidan ataupun ahli kandungan. Pemeriksaan ini untuk mengetahui adanya HPV ataupun sel karsinoma penyebab Kanker Leher Rahim. 

"Pap smear penting pada semua perempuan yang sudah pernah melakukan hubungan seksual!" tegas Dr dr Dwiana Ocviyanti SpOG (K), Spesialis kebidanan dan kandungan dari FK UI–RSCM, Jakarta.

"Perempuan yang sudah melakukan kontak hubungan seksual selama tiga tahun dari kontak seksual pertama kali WAJIB melakukan pap smear," sambung dokter yang biasa disapa dr Ovy ini.

Lantas, seperti apakah pap smear itu?

Deteksi Dini Kanker Serviks

Pap smear atau Pap Test adalah tes spesifik yang digunakan dan ditujukan untuk mendeteksi dini kanker leher rahim/kanker serviks.

Mengapa pap smear menjadi salah satu pemeriksaan yang penting untuk perempuan yang telah aktif secara seksual? Pasalnya, aktivitas seksual merupakan salah satu predisposisi kanker serviks.

Pap smear memang hanya merupakan metoda skrining yang fungsinya untuk menapis. Walau begitu, pap smear mampu mendeteksi lebih dari 90 persen kanker leher rahim tahap awal yang masih bisa disembuhkan.

"Kanker leher rahim pada stadium awal tidak ada gejala, apalagi lesi prakanker yang sama sekali tidak bergejala," ungkap dr Ovy.

Yup, perjalanan penyakit ini hingga disebut penyakit dapat diibaratkan seperti pergerakan siput karena pertumbuhannya yang lambat, membutuhkan waktu sekitar 10 sampai 20 tahun menuju kanker dan selama masa itu hampir tidak ada gejala yang ditimbulkan.

Cara Kerja

Pap smear dianjurkan dilakukan minimal satu kali dalam satu tahun. Dijelaskan oleh dr Ovy, pap smear dilakukan di atas meja ginekologi oleh seorang dokter atau bidan terlatih. Pemeriksaan dalam ini menggunakan alat yang disebut spekulum yang berfungsi untuk membuka liang vagina.

Sesudah dibuka lalu pemeriksa akan mengambil cairan leher rahim menggunakan suatu alat yang disebut spatula dan suatu sikat kecil yang halus. Cairan dari serviks kemudian dioles pada object glass dan dibawa ke laboratorium untuk proses dan membutuhkan waktu sekira 3–7 hari hingga "dibaca" oleh seorang ahli patologi.
 
Kemudian, dari hasil pemeriksaan bisa diketahui apakah sel-sel leher rahim yang tampak itu normal atau sudah menunjukkan tanda-tanda tidak normal.

Belum Tentu Kanker

Bila ternyata terdapat sel tidak normal, apakah itu positif kanker serviks? Tidak!

"Jangan dulu panik, karena dari 80 persen sel yang tidak normal belum tentu kanker, bisa disebabkan oleh virus yang terinfeksi atau karena peradangan sebab lain," dr Ovy menenangkan.

Nah, jika dilihat dari perbandingan, mungkin hanya sekitar 10 persen hasil pap smear yang bermasalah.

"Dari seluruh hasil pap smear yang menunjukkan masalah, hanya sekitar satu persen saja yang berpotensi untuk menjadi kanker serviks," katanya.

Faktor Risiko Tinggi

Ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko menderita kanker serviks yang dikenal dengan faktor risiko tinggi, yakni perempuan yang telah berhubungan seksual di usia muda (kurang dari usia 21 tahun) atau melahirkan di usia muda, berganti-ganti pasangan seksual, mempunyai banyak anak, perempuan yang merokok atau menjadi perokok pasif.

"Tapi tidak berarti tanpa faktor risiko ini seorang perempuan tidak dapat terkena kanker serviks, loh!," papar dr Ovy.

Ya, harus dibuang jauh-jauh pemikiran bahwa hanya perempuan yang berisiko tinggi saja yang perlu melakukan pap smear. Karena kenyataannya kanker serviks dapat terjadi pada siapa saja. 

"Banyak perempuan yang tidak memiliki keluhan lalu merasa tidak perlu melakukan pap smear. Sebenarnya itu salah, justru yang tidak ada keluhan dan merasa baik-baik saja wajib hukumnya melakukan pap smear. Jangan sampai nanti mereka datang untuk melakukan pap smear ternyata kankernya sudah stadium lanjut. Lebih baik mencegah daripada mengobati," terang dr Ovy serius.

Penting Saat Akan Melakukan Pap Smear

Jika Anda ingin melakukan pap smear, ada beberapa hal yang sepertinya sepele tapi ternyata perlu dihindari karena akan memengaruhi keakuratan hasil pemeriksaan, antara lain:

1. Tidak boleh sedang haid atau ada perdarahan. Jika ingin melakukan pap smear sebaiknya tiga hari sesudah haid selesai.
2. Tidak boleh berhubungan seksual walaupun menggunakan kondom sekalipun, minimal tiga hari terhitung 3x24 jam.
3. Tidak boleh memakai douch, cairan pembersih vagina, sabun sirih atau antiseptik sejenisnya yang dimasukkan ke dalam vagina (bila sekadar untuk membersihkan daerah bagian luar vagina atau untuk cebok diperbolehkan).
4. Tidak sedang hamil. Jika hendak pap smear sebaiknya dilakukan dua atau tiga bulan setelah melahirkan. Pada masa ini, umumnya darah nifas atau cairan pada masa nifas sudah tidak ada. Ibu juga lebih siap untuk melakukan pemeriksaan dalam.

Di Mana dan Berapa?

Pap smear bisa dilakukan oleh dokter kandungan dan bidan terlatih, baik di puskesmas sampai rumah sakit besar. Mengenai harga sangat bervariasi, jika dilakukan di puskesmas atau rumah sakit yang mendapatkan subsidi dari pemerintah biaya berkisar Rp50 ribu–Rp75 ribu.

4 Fakta Penting!

1. Perempuan yang termasuk faktor risiko tinggi tetap hanya dianjurkan melakukan pap smear satu tahun sekali, KECUALI bila didapatkan sebelumnya hasil pemeriksaan yang abnormal, maka dianjurkan untuk melakukan pap smear lebih sering sesuai saran dokter kandungan.
2. Wanita yang sudah diangkat kandungannya tanpa disertai pengangkatan mulut rahim tetap disarankan melakukan pap smear setahun sekali.
3. Wanita menopause tetap berisiko menderita kanker serviks, sedangkan mereka yang sudah dioperasi amat tergantung jenis operasi yang dikerjakan, bila masih ada leher rahimnya tetap berisiko untuk kanker serviks dan harus pap smear.
4. Mereka yang sudah berusia 67 tahun bahkan baru boleh berhenti pap smear bila dua tahun berturut turut sebelumnya hasil pap smear-nya normal.
(Mom& Kiddie//nsa)

Recent Post

Popular Posts

Total Tayangan Halaman